Siang itu Rara dan Rita, kedua sahabat
itu duduk-duduk di taman kampus sambil berbincang-bincang. “Ra, gimana? Udah
siap untuk ujian akhir kampus?”, Tanya Rita. “Entahlah rit, aku masih ngrasa
agak belum siap aja, atau mungkin karena kurang yakin aku gak tau”, jawabku
dengan wajah yang agak muram. Dilihatnya sahabatnnya itu murung, Rita sudah
bisa menebaknya, “kamu ada masalah ya? Kenapa?”, Tanya Rita.
“Aku gak tau harus gimana lagi Rit, aku
kadang ngrasa capek. Bentar lagi ujian akhir, tapi Nico?” jawabku lagi.
“kenapa Nico? Kalian ada masalah?”
“Aku tau Nico udah banyak dan sering
banget sakit karena aku, tapi Rit! Ini udah sering banget, hamper tiap minggu
dia pasti tiba-tiba bilang pengen udahan atau kalo enggak ya pengen break! Aku
nggak ngerti sama dia…”
“…dia bilang biar kita sama-samabisa
focus sama ujian, tapi kamu tau nggak! Gimana aku bisa focus? Sedangkan aku
udah ketergantungan sama dia. Aku tiap hari selalu smsan sama dia, dan
sekarang? Iya sih, dia bilang dan sebelumnya emnag kita udah ada komitmen untuk
tetep focus dan tetep berhubungan, tapi tiap kali aku denger dia minta putus
atau break aku udah langsung lemes rit…”, tenggorokanku mulai sakit dan suaraku
pun mulai serak.
“Ra, aku tau kamu pasti bisa, udahlah
jangan terlalu dipikirkan. Mungkin emang bener keputusan Nico kayak gitu,
kalian bisa sama-sama focus untuk menghadapi ujian kan?”
“iya sih rit. Tapi apa iya harus dengan
break? Aku tau aku sekarang sering banget sibuk dengan tugas-tugas kampus
sampai aku bahkan sering ga ketemu dia walaupun kita satu kampus”
“mungkin saja dengan itu kamu justru
bisa focus?
“gimana bisa focus? Aku malah sekarang
lemes. Jujur rit, aku sebel benget aku juga sakit tiap minggu pasti dia seperti
itu!” mataku pun mulai kabur.
“Ra, aku kenal kamu. Ini bukan pertama
kalinya bukan kamu merasa terpuruk kayak gini? Dan selama ini kamu bisa
menghadapinya? Lalu, untuk apa kamu khawatir gini?”
“aku khawatir ini bakal ganggu ujianku
Rit, ujian akhir tinggal seminggu lagi dan Nico? Dia justru membuat keputusan
seperti itu? Aku harus gimana Rit? dia bilang kia akan tetap berhubungan, tapi
kenapa dia nggak ngehubungi aku dari kemarin? Apa aku juga bisa buat gak
berhubungan dengan dia?”
“Ra, kamu itu kuat! Dan jangan menangis
hanya karena cowok! Oke, kalian bersama udah lebih dari setahun dan ini bukan
hal yang mudah, tapi kamu hanya perlu menghadapinya kan? Lalu, apa susahnya.
Please girl, come on! Smile dong!”
Akupun tersenyum sedikit, aku teringat
dulu awal-awal jadian aku sering minta putus tiap ada masalah. Tapi, Nico nggak
pernah mambiarkan hubungan kita berakhir. Sampai pada akhirnya aku menyadari
betapa dia benar-benar mencintaiku dan aku nggak bisa nglewati hari tanpa dia.
Dan saat itulah aku merasa, mungkinkah Nico suatu saat akan memutuskan aku?
Atau ingin break sama aku? Dan perasaanku berkata ‘ketika Nico bilang itu,
mungkin dia sudah tidak mencintaiku lagi’. Entah kenapa aku berpikir begitu,
dan sekarang itu terjadi. Aku nggak bisa ngkepas dia, tapi…..mungkin benar, dia
sudah bosan denganku :”)
bersambung....
Note : possitif thinking, Ra J