blogs mood


Senin, 29 September 2014

selamat pagi

dear cinta,

hai cinta, apa kabar?
kau tahu aku sangat merindukanmu?
ya, aku tahu kau memang tak akan pernah pergi dari hatiku
tapi, apa kau tahu betapa terkadang aku tersiksa dengan rinduku?

hai cinta...
sampaikan salamku untuk mereka,
untuk mereka yang sangat aku cintai,
mereka yang sangat aku rindukan,
mereka yang selama ini mengisi kekosonganku,
mereka yang membuataku tertawa, menagis, bahagia, sedih dan semua ceritaku

hai cinta,
pernahkan kau merasakan apa yang aku rasa?
ini adalah tulisanku untukmu, untuk kita dan tentang kita :)

ya, selamat pagi cinta :)
selamat datang di hatiku dan mekarlah sepanjang waktu :)

now, Monday Sept, 29th 2014
Malang

hai kamu yang di Tuban :)
gimana kabarnya?

ah, memang agak menyebalkan, jarak kita memang semakin dekat tetapi kanapa jarak masih menghalangi kita untuk berkomunikasi?
ini kan jaman modern bukan?
operator tidur? ah alasan tak mutu.
jadi kenapa, untuk menghubungimu begitu sulit? bukan masalah jarak tetapi masalah teknologi.
lalu, apakan kita akan menyalahkan teknologi? bukankah kita yang mencipataknnya? terus kanapa kita justru malah kalah pada teknologi?

ah, aku hanya bisa menghembuskan napasku dengan kesal. Apakah harus menyalahkan teknologi?
ah lupakan. yang jelas mamal ini aku berharap menjadi normal kembali :)

salamku untun keluarga di jogja (Prambanan dan Kotagede)

Minggu, 28 September 2014

Now, 28 Sept 2014
at Malang

aku tidak pernah tau sejauh mana aku melangkah, tetapi yang jelas aku tahu bahwakau akan selallu bersamaku. aku yakin suatu hari nanti kita akan taklukan dunia bersama :)
aku tak ingin dan tak akan berhenti di sini oleh rasa takutku. bagaiman bisa aku menaklukan dunia jika daerah yang kecil saja tak bisa ku taklukan.
jika memang aku tak harus menaklukannya, aku akan menikmatinya :)

aku tahu, kaupun merasakannya, tetapi kau harus jauh lebih kuat daripada aku.
karna suatu saat nanti, syair-syair rinduku akan menuai buah kerinduannya bersamamu :)
Hai, kau yang insyaallah semoga menjadi imamku, aku tahu kau itu mampu untuk menggandeng tanagku menuju surga-Nya :)

Paris, wait me!!!

Sabtu, 27 September 2014

The Turtle World


The Turtle World. Bukan tentang dunia kura-kura ataupun kehidupan kura-kura, melainkan tentang dunia kita dan kehidupan kita. Seperti judulnya, The Turtle World menceritakan tentang seekor kura-kura raksasa yang telah tua sama seperti bumi kita. Cangkang yang semula tandus dan gersang dengan hanya ada batuan dan gunung-gunung, kini hujan yang turun mulai memberi tanda-tanda kehidupan. Pohon-pohon mulai tumbuh satu persatu. Hingga akhirnya, muncullah sebuah makhluk yang begitu serdas, dialah kera.
Kera-kera ini diberi akal pikiran, sehingga mereka mampu berfikir dan kemudian menyesuaikan diri dan bertahan hidup. Mereka mulai membangun rumah, kecil dan sederhana. Kemudian terus berkembang hingga menjadi gedung-gedung disana-sini. Transportasipun mulai dibangun dengan gotong royong membuatnya dari kayu-kayu pohon yang tumbuh. Dan tanpa mereka sadari mereka mulai merusak bahkan menyakiti kura-kura dengan mengambil daging dan pohon yang tumbuh menutupi cangkangnya. Sejenak kura-kura menoleh, memakan sedikit ranting yang tumbuh di cangkangnya dan kemudian menangis menahan sakit.
Kera tak pernah sadar akan perbuatannya, hingga suatu ketika kura-kura menoleh dan melihat semua perlakuan kera-kera itu terhadap dirinya. Merusak cangkangnya, membuat pohon-pohon yang tumbuh diatas cangkangnya mati dan menjadi tandus lagi. Kekacauan dan karusakan dimana-mana. Kera-kera itu sangat panik ketika mereka mengetahui bahwa mereka telah merusak cangkang kura-kura yang selama ini mereka gunakan untuk tempat mereka hidup. Dan saat itullah kura-kura menemukan sebuah tempat yang baru, di sana! Di lautan biru yang luas dengan air yang melimpah. Ia kemudian turun kesana dan kera-kera itu ketakutan ketika dunia mereka terguncang. Itulah akhir kehidupan mereka dan kehidupan baru bagi kura-kura.
Dan inilah bumi kita, yang tua, yang rusak, yang sakit akibat ulah kita sendiri, manusia. Kita tak jauh beda dengan kera yang serakah. Namun, apakah kita harus mengalaminya hingga bumi semakin parah? Lalu, dimana kemudia kita akan tinggal? Mencari planet lain? Atau Bumi lain? Atau mungkin akan tetap seperti sekarang? Merusak dan merusak. Dan pada akhirnya kita juga akan senasib dengan kera. Atau mencoba memperbaikinya? Semua hanya bisa kita jawab dengan tindakan kita :)
SAVE OUR PLANET !


Authors By:

Dwiarni Fitri Wulansari 

waktu sebelumku

aku harap waktu berjalan lebih lambat malam ini,
sebelum aku meninggalkan mereka yang sangat aku cintai.
aku harap mempunyai waktu lebih banyak dengan mereka.

wahai sang waktu,
janganlah kau terus berlari
kumohon beri aku lebih banyak waktu lagi bersama mereka.
aku ingin dipeluknya, dimanjanya, bercanda dengan mereka.

aku tahu, suatu saat nanti kami akan bertemu lagi.
aku pasti akan merindukan mereka.
tertawa, marah, canda, menangis dan semuanya tentang mereka.

hai waktu, aku tahu tinggal beberapa jam lagi
kumohon perlambatlah jalanmu...

jogja,27sept2014

and now...aku sudah tiba di malang :)

Rabu, 03 September 2014

When I'm With You:2

Rabu, 03 September 2014
Terkadang cara bicara kita pun bisa menyakiti orang lain tanpa kita ketahui. Lalu, bagaiman cara menyampaikannya pada orang tersebut? Dalam sebuah hubungan, selalu harus ada komunikasi bukan? Kita sama-sama tidak ingin menyakiti orang yang kita sayangi tetapi terkadang ucapan, logat maupun intonasi bicara kita dapat menyakitinya. Namun, sebenarnya kita hanya berusaha jujur dengannya. Mengungkapkan apa isi hati kita, bukan justru memndamnya dalam-dalam dan akhirnya salah paham.

Aku dan kamu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, tetapi memang bagaimana cara kita saling melengkapi satu sama lain dan membuat kelemahan itu menjadi kelebihan. Malam ini, aku tak pernah menyadari arah pembicaraan kita akan sejauh ini. Apakah benar yang aku katakan itu benar-benar isi hati aku atau sekedar emosi? Aku menyayangimu, sayang yang memang aku tak bisa jauh atau lepas dari kamu. Tetapi, akhir-akhir ini aku dihadapkan dalam sebuah permasalahan antara aku, kamu, dan teman-temanku. Sangat wajar ketika kita ditanya, “mana yang lebih kamu pilih, teman atau pacar?” dan kita menjawab, “Teman”. Tapi itu lepas dari kita hanya sekedar mamilih saja, dan pada kenyataannya kita akan lebih memilih ‘pacar’ kita meski terkadang itu terpaksa. Bukan terpaksa bahwa kita harus mencintainya, tetapi kita yang tak menginginkan dia lepas dari kita tetapi kita tetap memiliki teman kita.

Bukan masalah kita lebih suka bermain dengan pacar kita daripada teman kita, dan bukan juga tentang menyelamatkan salah satu dari mereka (saya belum mengalaminya jadi tidak bisa menjawab harus memilih siapa). Tetapi, tentang bagaimana kita membagi waktu antara teman dan pacar, dan tentang bagaimana kita tetap berhubungan dengan keduanya. Yang sering terjadi adalah pacar kita tidak mengetahui bagaiman hubungan kita dengan teman kita, bercandaan kita, selera humor kita, dll. Sehingga, sering terjadi salah paham antara keduanya. Padahal, ketika kita akan jadian yang kita ajak curhat teman kita, saat ada masalah dengan pacar juga kita lari sama teman. Tapi, ketika seneng teman kita tidak tahu? Apa itu teman? Hanya dating saat kita mempunyai sampah saja? Aku berusaha tidak seperti itu. Tetapi, terkadang keadaan dengan pacar kita yang menuntut kita seperti itu.

Yah, kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Introspeksi. Itulah jalannya. Dan ‘Kepercayaan’ antara kita, teman dan pasangan kita.